Jakarta. Pngurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (PP KAMMI) menyayangkan atas penunjukan Sutiyoso
sebagai calon tunggal kepala Badan Inteligen Negara (BIN).
“Sangat
mengkhawatirkan jika kemudian kepala BIN merupakan orang partai, ketua
umumnya pula. Siapa pun dia yang menjadi ketua umum partai kemudian
diberikan mandat presiden untuk menjadi kepala BIN, maka kita lihat saja
hasilnya,” kata Ketua Umum PP KAMMI, Andriyana.
Atas tindakan
itu, KAMMI menilai Jokowi telah melanggar janji kampanyenya sendiri yang
menyebut tidak akan bagi–bagi “kursi”. Selain itu, dikhawatirkan pula
Jokowi bakal menggunakan BIN sebagai alat tukar politik.
“Ini
adalah kesalahan fatal, karena kedudukan BIN seharusnya sebagai alat
negara dalam hal pertahanan, bukan kepentingan politik. Posisi Sutiyoso
sebagai ketua partai sangat riskan dengan kepentingan politik jika ia
juga memagang jabatan kepala BIN,” papar Andriyana.
Berdasarkan
Undang–Undang Intelijen, terang Andriyana, BIN memiliki tugas, fungsi,
dan wewenang amat vital, meliputi pengkajian hingga penyadapan. BIN juga
mempunyai fasilitas memadai dan bisa mengakses hingga ke pelosok
daerah.
“KAMMI berharap itu semua nanti tidak disalah gunakan.
Oleh karena itu, KAMMI juga mendesak agar ada pertimbangan lebih lanjut
tentang pencalonan tunggal kepala BIN ini,” imbuhnya.
Selain itu, Andriyana menilai ada rekam jejak masalah kemanusiaan yang melibatkan Sutiyoso.
“KAMMI sangat tidak mengharapkan gaya yang sama kembali diberlakukan oleh BIN ke depannya,” simpulnya.
Ketua
Bidang Kebijakan Publik Barri Pratama menambahkan, tugas utama KAMMI
ialah mengingatkan pemimpin yang zalim. Kesalahan Jokowi akan semakin
besar jika tidak diingatkan.
“Sejak awal menjabat, banyak hal
menjadi catatan KAMMI, termasuk isu kebijakan penunjukan calon tunggal
Kepala BIN yang baru sangat mengecewakan. Ini penting mengingat peran
vital BIN sebagai alat negara,” tutupnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar